LAPORAN PRAKTIKUM

MIKRIBIOLOGI-VIROLOGI

 

Disusun oleh :

Masnelli Masri

Muharindi Nurlia

Risa Luvita Octaviani

Rizki Kurniawan

Siti Jamilah

Hery Herwanto

 

Kelompok : 1

Kelas : 3C

 

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2010

 

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati, kami menyusun laporan praktikum ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah “Praktikum Mikrobiologi”. Dengan selesainya laporan ini kami tidak lupa mengucapkan terimikasih kepada:Dosen pembimbing praktikum mikrobiologi, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terselesainya laporan ini. Serta teman-teman yang ikut serta membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kritik, saran, dan ide-ide yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Harapan kami semoga laporan ini dapat berguna dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr, Wb.

Jakarta, 29 Desember 2010

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

  1. 1.         Latar Belakang

Salmonella merupakan kuman berbentuk batang, tidak berspora, dan pada pewarnaan gram bersifat gram negative. Mempunyai ukuran 1-3.5µm x 0.5-0.8µm. salmonella dapat tumbuh cepat pada media yang sederhana tetapi mereka hamper tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Salmonella biasanya akan memberikan sifat positif dengan mengeluarkan bau gas H2S dan adanya gelembung pada tabung reaksi. Dan salmonella tahan dalam air yang membeku pada periode yang lama, dan salmonella pun tahan terhadap bahan kimia tertentu.

Salmonella yang merupakan bakteri gram negatif, dapat menyebabkan penyakit demam tifoid, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi. Yang mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai demam, toksemia, gejala – gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit. Dan penyakit tifus (Typhus Abdominalis) adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran. Selain itu Salmonella mungkin paling dikenal sebagai penyebab keracunan makanan bakteri.

Salmonella banyak ditemui pada makanan-makanan yang tidak dibuat atau diproduksi secara higiens, oleh karena itu sebaiknya kita menghindari ataupun mengurangi makanan yang kurang higienis.

  1. 2.      Tujuan
  2. Agar dapat mengidenifikasi salmonella pada bahan pangan, baik yang sudah jadi, setengah jadi, dan belum jadi.
  3. Agar dapat mengetahui bentuk dan morfolgi dari salmonella.
  4. Agar dapat mengetahui barapa banyak salmonella yang terdapat pada makanan.
  5. Agar dapat mengetahui jenis salmonella apa yang terdapat pada makanan yang kita uji.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri Salmonella ditemukan pertama kali oleh Theobald Smith pada 1885 saat meneliti penyakit pencernaan pada babi. Dengan menggunakan mikroskop, Smith menemukan sekelompok bakteri berbentuk batang yang menyebabkan kematian hewan ternak tersebut.

Nama Salmonella sendiri baru diberikan oleh Daniel Edward Salmon, rekan Smith yang melakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis bakteri tersebut. Salmon menyimpulkan bahwa bakteri salmonella termasuk dalam genus bakteri enterobakteria gram-negatif, berbentuk batang, bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida, serta menjadi penyebab timbulnya penyakit salmonellosis.

Salmonella merupakan kuman gram negatif, tidak berspora dan panjangnya bervariasi. Kebanyakan species bergerak dengan flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja.

Klasifikasi Salmonella thyposa

Kingdom            : Bakteria

Phylum               : Proteobakteria

Classis                : Gamma proteobakteria

Ordo                   : Enterobakteriales

Familia               : Enterobakteriakceae

Genus                 : Salmonella

Species               : Salmonella thyposa

Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak.

Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang membuat semua gram negative menjadi berwarna merah/merah muda. Pengujian ini berfungsi mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat patogen ( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin.

Salmonellosis

Bakteri Salmonella berkembang pada saluran pencernaan binatang seperti babi, sapi, dan ayam. Bakteri tersebut kemudian menyebar melalui makanan hingga menginfeksi manusia. Tak jauh beda dengan binatang, saat menginfeksi manusia, Salmonella bersarang di saluran pencernaan, mulai dari lambung hingga usus halus. Umumnya, bakteri Salmonella menimbulkan salmonellosis berupa penyakit tifus atau paratifus.

Seseorang yang terinfeksi bakteri Salmonella, akan menunjukkan gejala berupa diare, kram perut, demam dan sakit kepala, mual, bahkan muntah-muntah. Suhu tubuh pun tidak stabil dan cenderung tinggi. Dari masa inkubasi hingga munculnya gejala pertama memakan waktu antara 8-72 jam. Salmonellosis pada manusia cukup berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Sangat fatal jika menyerang bayi, balita, ibu hamil, dan orang lanjut usia.

Suhu Hangat

Bakteri Salmonella berkembang baik pada suhu hangat. Karena itu, infeksi salmonella lebih banyak terjadi pada musim panas. Biasanya, bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui media makanan yang tidak dipanaskan dengan benar, misalnya: daging, ayam, telur, atau susu. Atau, bisa juga melewati makanan mentah yang telah terkontaminasi bakteri.

Perkembangan bakteri Salmonella terbilang sangat cepat dan menakjubkan, setiap selnya mampu membelah diri setiap 20 menit sekali pada suhu hangat dan pada media tumbuh yang mengandung protein tinggi. Bisa dibayangkan, satu sel bakteri bisa berkembang menjadi 90.000 hanya dalam waktu 6 jam.

Membahayakan Nyawa

Salmonellosis terutama tifus dan paratifus yang menyerang manusia bisa membahayakan nyawa. Walaupun bakteri tersebut bisa dihambat perkembangannya oleh asam lambung, tapi dalam kondisi tubuh seseorang tidak dalam keadaan vit, atau terlalu lelah, asam lambung tidak mampu mengatasi perkembangan bakteri tersebut.

Seseorang yang terkena salmonellosis biasanya mengeluarkan banyak cairan karena diare dan muntah-muntah. Di sisi lain, nafsu makan dan minum pun menurun drastis karena sensasi rasa mual. Kekurangan cairan yang berlebihan inilah yang menjadi salah satu penyebab kematian.

Selain itu, Salmonella dengan mudah bisa berkembang dan menular kepada orang lain. Sebab, bakteri tersebut terdapat pula pada sisa kotoran, urine, dan muntahan penderita yang dengan cepat bisa mengontaminasi air, udara, dan makanan di sekitarnya. Karena itu, perlu kehati-hatian dan perhatian khusus agar jangan sampai bakteri berkembang dan menulari orang lain. Caranya dengan menjaga kebersihan dan hati-hati dalam mengonsumsi makanan.

Salmonella pada Telur

Salmonella berkembang pada saluran pencernaan ternak, tidak terkecuali pada ayam dan telur. Ayam yang terinfeksi bakteri Salmonella bisa menyebarkan penyakit tersebut lewat daging, telur, baik kulit maupun isinya. Karena itu, hendaknya kita berhati-hati mengonsumsi telur sebab media inilah yang paling banyak menularkan penyakit.

Saat ini, banyak makanan yang dikonsumsi mengandung telur mentah atau setengah matang. Cara mengonsumsi makanan semacam ini sangat rawan terpapar bakteri tersebut. Karena itu, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi telur dalam kondisi matang dan melalui proses pemanasan yang baik agar bakteri Salmonella di dalamnya mati.

Sebenarnya, secara alami, cangkang telur memiliki lapisan yang melindungi isi telur dari paparan bakteri Salmonella. Namun, lapisan tersebut hanya bertahan sekitar 10 hari. Belum lagi kalau lapisan pada bagian luar cangkang tersebut rusak karena air atau cairan lain. Bakteri Salmonella bisa menembus masuk ke dalam isi telur dan berkembang di dalamnya.

Mencegah Penularan

Untuk mencegah penularan Salmonella, sebaiknya jangan mengonsumsi telur dalam keadaan mentah atau setengah matang. Panaskan terlebih dahulu makanan yang hendak dikonsumsi dengan benar. Perlu diketahui bahwa bakteri Salmonella tidak mati hanya dengan disimpan di dalam lemari pendingin, sebab bakteri tersebut mampu bertahan di suhu dingin.

Mungkin Anda menyimpan daging atau telur di dalam lemari pendingin, dan memanaskannya sebelum dikonsumsi. Tapi hendaknya diperhatikan, segera buang bungkus daging dan telur tersebut begitu Anda mengeluarkannya dari lemari pendingin. Jangan sampai bakteri yang melekat di atas benda-benda tersebut kembali mengontaminasi daging atau telur yang sudah Anda panaskan.

Gunakan pisau potong yang berbeda untuk memotong daging mentah dan daging matang yang hendak dikonsumsi. Kontaminasi silang semacam ini sering terjadi, yaitu pisau yang digunakan untuk memotong daging mentah terkontaminasi bakteri, lalu digunakan untuk memotong daging matang yang hendak dikonsumsi. Akibatnya, Salmonella menempel pada daging matang tersebut dan kita makan.

Selain itu, gunakan selalu alat-alat yang bersih dan steril. Cuci barang-barang tersebut sebelum Anda menggunakannya. Kalau perlu, rebuslah dulu dalam suhu mendidih agar bakteri benar-benar mati.

Patogenitas

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

Media tumbuh

Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

  1. A.    Alat dan Bahan

1)      Alat     :

  1. Cawan  petri
  2. Tabung reaksi
  3. Pipet volume
  4. Jarum ose
  5. Lampu bunsen

2)       Bahan :

  1. Alkohol 70 %
  2. Akuades
  3. Bahan makanan
  1. B.     Cara kerja
  2. Pengambilan sampel
  3. Pra pengkayaan ( pre-enrichment)

Ambil bahan makanan atau obat tradisional yang akan diujikan masukan ke dalam medium Lactose Broth ( LB) inkubasi 37 0 C selama 24 jam

  1. Pengkayaan selektif

Dipipet masing – masing 5 ml biakan LB ke dalam 50 ml media TBGB ( tetrahionate Brilliant Green Broth ) inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam

  1. Isolasi

Dari medium TBGB ambil satu mata ose diinokulasi pada medium BGA pada suhu 370C selama 24 jam. Pada BGA koloni dari tidak berwarna merah, dar transparan hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga merah

  1. Identifikasi

Diambi 2 atau lebih koloni tumbuhan pada suhu 370C selama 18-24 jam. Biakan diduga salmonela positif jika ada TSIA terlihat warna merah pada permukaan agar, warna kuning pada dasar tabung dengan satu atau tanpa pembentukan H2S.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. 1.      Hasil

NO

Pre-Enrichment

Pengkayaan selektif

Isolasi

identifikasi

1

Gorengan tahu : terdapat gas H2S

Hasil negatif,

Tidak didapatkan bakteri tipe salmonella thypi

2

Roti : terdapat gas H2S

3

Lidi-lidian : terdapat gas H2S

  1. 2.      Pembahasan

Pada praktikum uji salmonella, sampel yang digunakan adalah gorengan tahu, roti dan lidi-lidian. Dilakukan lima langkah, yaitu : pengambilan sampel, pre-enrichment, pengkayaan selektif, isolasi dan identifikasi.

Pada pengambilan sampel, setiap sampel diambil 10 g kemudian dilarutkan dengan aquadest steril 10 ml menggunakan vortex mixer. Lalu diambil 1 ml dan dilarutkan dalam medium LB (Laktosa Broth) kemudian diinkubasi. Dari ketiga sampel didapatkan gas H2S yang berarti ketiga sampel mengandung bakteri salmonella.

Pada teori seharusnya setelah didapatkan hasil yang positif pada uji pre-pengkayaan atau pre-Enrichment, dilakukan uji pengkayaan selektif, yaitu diambil sampel pada medium LB dan dimasukkan pada medium TBGB, namun oleh karena keterbatasan bahan maka tahap pengkayaan selektif tidak dilakukan, jadi tahap selanjutnya adalah isolasi, yaitu sampel langsung dipindahkan pada medium BGA. Sampel yang digunakan bukan dari ketiga-tiganya , namun  diambil yang paling bau atau yang paling banyak mengandung gas H2S dari ketiga sampel tersebut.

Pada langkah isolasi dengan menggunakan medium BGA, pada teori hasil yang didapatkan pada medium BGA adalah koloni dari tidak berwarna merah muda hingga merah, dari transfaran hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga merah. Namun praktek hasil negatif atau tidak terjadi pertumbuhan bakteri, ini berarti sampel tidak mengandung bakteri salmonella typhi melainkan bakteri tipe lain. oleh sebab itulah tidak dilakukan uji identifikasi dengan kata lain pengujian hanya sampai isolasi saja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Uji salmonella bertujuan untuk mendeteksi bakteri salmonella sebagai indikator pencemaran makanan.
  2. Pengujian salmonella ada empat : Pra pengkayaan (Pre-enrichment), Pengkayaan selektif, Isolasi, dan Identifikasi.
  3. Parameter uji salmonella adalah terbentuknya gas dari H2S atau yang mempunyai bau yang paling menyengat dan juga keruh.
  4. Pada uji medium BGA adalah koloni dari tidak berwarna merah muda hingga merah, dari transfaran hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga merah. Namun praktek hasil negatif atau tidak terjadi pertumbuhan bakteri, ini berarti sampel tidak mengandung bakteri salmonella typhi melainkan bakteri tipe lain.

DAFTAR PUSTAKA

 

Hidayat S, Hermina, Luciasari E, Dharmawan A dan Susanto Djoko. 1998. Pengaruh Penanggulangan Penyakit Cacingan Terhadap Status Gizi dan Daya Terima Pelajaran Murid Sekolah Dasar. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 21. Depkes. Bogor.

Sihadi. 2004. Makanan Jajanan Bagi Anak Sekolah. Jurnal Kedokteran YARSI.  

Sampurno. 2004. Kegiatan 2003. Diakses dari : http://www.depkes.go.id.

Irawati A, Tjukarni dan Santi D. 1998. Penelitian Pemberian Tambahan PengetahuanGizi dan Kesehatan Pada Murid Sekolah Dasar. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 21. Depkes. Bogor.

Februhartanty, Judhiastuty & Iswarawanti, D.N. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia?. Diakses dari: http://www.gizi.net.